Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita inspirasi: penyesalanku

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh


Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….

Oh ya, kali ini aku akan menulis sebuah cerita dengan judul penyesalanku. Di ceritakan bahwa ada seorang remaja laki-laki yang telah menyesal terhadap perbuatan-perbuatan yang pernah ia lakukan, dan remaja itu berstatus sebagai seorang pelajar atau masih Sekolah Menengah Atas (SMA).

Bagaimana cerita selanjutnya?

Langsung saja dibaca artikelnya sampai habis, gratiiissss…….tttiiiisssss….tttiiiiisssss.

Awal Cerita

Memang benar apa yang biasa orang-orang katakan bahwa menyesal dikemudian hari tiada gunanya, nasi telah menjadi bubur tentu tidak akan pernah bisa lagi kembali menjadi nasi. Berkat penyesalan itulah yang akhirnya merubah sikap serta perilaku pada diri ku, sehingga bisa orang yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Dulu semasa remaja atau semasa sekolah aku bisa dibilang sebagai murid yang teladan, karena aku tidak pernah melakukan pelanggaran tata tertib disekolah. Aku sangat menghormati tata tertib yang ada disekolah, karena bagiku tata tertib itu adalah sebuah tindakan yang dapat mengantarkan seseorang kearah yang lebih baik lagi, serta menjadikan seseorang itu lebih disiplin lagi.

Masa remaja adalah masa yang paling indah, karena dimasa inilah yang membuat hati menjadi senang, seperti kumpul-kumpul bersama teman-teman, bermain bersama teman, dan yang paling seru pada masa inilah masa dimana seseorang memiliki seorang dambaan hati.

Karena masa senang-senang itulah yang akhirnya membuatku terjerumus kejalan yang tidak benar, kehidupanku berubah total. Aku tidak lagi terlalu peduli terhadap tata tertib yang ada disekolah, dan waktuku lebih banyak dihabiskan bersama teman-teman.

Aku ingin diakui sebagai orang yang hebat, oleh sebab itu apa pun akan aku lakukan dengan teman-teman. Mungkin kalau bisa dibilang akal sehatku sudah terganggu, karena bagiku kesengan itulah yang paling utama. 

Yang awalnya aku rajin pergi kesekolah, sekarang justru malas-malasan, yang awalnya setiap pelajaran itu sangat aku senangi, justru sekarang sebaliknya semua pelajran itu membosankan. Aku lebih sering terlibat dalam pelanggaran tata tertib disekolah, dan cukup sering dipanggil keruang kepala sekolah. Berbagai pelanggaran tata tertib aku lakukan, seperti membolos, merokok, terlambat datang kesekolah, dan lain sebagainya.  

Yang lebih parahnya, aku juga terlibat minum-minuman beralkohol serta obat-obatan terlarang, awalnya aku tidak ingin minum-minuman yang beralkohol itu, tapi karena ajakan teman, aku pun mengikutinya. Begitu juga dengan obat-obatan, awalnya dikasih secara gratis oleh teman-temanku, tapi akhirnya aku harus diminta untuk membayar jika ingin obat-obat tersebut. Padahal saat itu aku belum bekerja dan orang tua pun hanya petani biasa, kehidupan kami pun bisa digolongkan sebagai keluarga yang kurang mampu.

Tangisan Seorang ibu

Karena seringnya memakai obat-obatan menjadikan ku seorang pencandu, aku selalu bersikap kasar dan marah-marah kepada orang tua, khususnya kepada ibuku. Aku juga selalu mengambil uang simpanan mereka demi untuk membeli obat-obatan tersebut. Terkadang aku bertengkar dengan ayah, dan ayah selalu memarahiku. Tak jarang aku pun sering diusir dari rumah oleh ayah, ibu hanya bisa menangis melihat keadaan ku saat itu.

Mungkin bisa dibilang aku adalah seorang anak yang sangat durhaka terhadap kedua orangtua ku, karena telah membuat mereka bersedih dan menyusahkan mereka.

Akhirnya, segala perbuatanku itu diketahui oleh pihak sekolah, dan aku beserta kedua orang tua pun dipanggil untuk menghadap kepala sekolah. Mereka sangat menyayangkan atas sikap yang telah aku lakukan, orang tua ku pun menangis supaya aku tidak dikeluarkan dari sekolah. Aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa.

Aku pun mendapat skorsing dari pihak sekolah selama 2 bulan, artinya selama itu aku tidak bisa kesekolah lagi. Itu semua sebagai hukuman atas perbuatan yang telah aku lakukan, dan jika selama 2 bulan itu perbuatanku tidak berubah maka otomatis aku akan di DO (Drop Out) dari sekolah untuk selama-lamanya.

Ibu segera memelukku dengan harapan aku bisa berubah dan memperbaiki sikapku yang salah itu, dan dengan waktu hanya 2 bulan saja. Ibu pun berbisik ditelingaku, bahwa ia akan selalu mendo’akan ku agar menjadi orang yang lebih baik lagi, serta tidak ingin aku menjadi orang bodoh yang putus sekolah. Sekali lagi, aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Tersadar 

Hari demi hari berganti, aku hanya bisa terdiam dirumah tanpa melakukan apa pun. Keinginanku untuk membeli obat-obatan itu selalu ada dipikiranku, namun aku mencoba untuk melawan hasrat tersebut. Aku ingin berubah, dan ingin kembali seperti awal yang tida pernah terlibat dengan hal-hal buruk, namun terasa sangat sulit untuk dilakukan. Tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Suatu hari ada tetangga kami yang sedang sakit dan segera dibawa kerumah sakit, aku pun segera membantu membawanya dirumah sakit, karena waktu itu aku tidak bersekolah. Aku pun berjalan-jalan dirumah sakit dan melihat keadaan sekitar, entah apa kah secara kebetulan atau tidak aku menemui dan melihat orang yang sedang sakit dengan kondisi yang sangat mengganaskan, ku lihat tubuh orang tersebut sangat kurus, hanya sedikit daging saja yang membungkus tubuhnya, wajahnya pucat, dan mulutnya terkadang mengeluarkan busa.

Melihat keadaan orang tersebut membuatku sangat ngeri, dan kulihat ada dokter yang sedang memeriksanya. Dan setelah dokter tersebut keluar, aku pun memberanikan diri untuk bertanya kepadanya perihal tentang apa yang terjadi pada tubuh orang tersebut.

Dokter pun mengatakan bahwa orang tersebut mengalami sakit seperti itu karena terlalu sering minum-minuman beralkohol, obat-obatan serta memakai narkoba. Seperti tersambar petir, tubuhku pun bergetar, kaki ku mulai lemas dan keringat bercucuran ditubuhku. Aku sangat ketakutan, apakah mungkin tubuhku juga akan seperti orang itu? Pertanyaan seperti itu muncul dikepala ku. Aku pun segera tertunduk dan mengis atas apa yang telah aku lakukan. Perasaan ku saat itu sangat ketakutan dan aku sangat menyesal terhadap perbuatanku.

Melihat tingkah ku, membuat sang dokter bingung. Ia pun bertanya tentang sikap ku tersebut, dan akan membantu jika aku mengalami masalah. Aku pun berkata dengan jujur dan menceritakan tentang perbuatanku kepada dokter tersebut, dokter itu pun membawaku keruangannya dan segera memeriksa tubuhku. Ia mengatakan bahwa tubuhku masih baik-baik saja, tapi tidak menutup kemungkinan jika aku terus menerus mengkonsumsi alkohol serta obat-obatan terlarang, maka akan berdampak buruk terhadap tubuhku, dan parahnya bisa seperti orang sakit yang aku lihat itu. 

Dan sejak saat itu aku berjanji pada diriku bahwa tidak akan mengulangi perbuatan buruk itu, aku tidak ingin merusak tubuhku lebih banyak lagi. Aku pun segera pulang kerumah dan menemui kedua orang tuaku, aku memeluk mereka dan bersujud dibawah kaki mereka dengan berlinang air mata, aku meminta maaf terhadap sikap ku terdahulu kepada mereka, dan menyesali perbuatanku selama ini. Mereka pun juga menangis dan segera memelukku, sambil berkata bahwa mereka selalu memaafkan ku, bahkan sebelum aku meminta maaf.

Setelah 2 bulan berlalu aku pun kembali bersekolah seperti biasanya, dan setelah masa percobaan 1 bulan akhirnya aku diterima kembali disekolah tersebut. Aku pun kembali mengikuti pelajaran dengan sesungguhnya, serta tidak pernah lagi melanggar peraturan tata tertib disekolah. Aku berteman dengan orang-orang yang menurutku mereka itu baik, dan tidak pernah lagi berteman kepada orang-orang yang dulu telah menjerumuskan ku.

Selesai Sekolah Menengah Atas, aku pun kuliah dari beasiswa yang kuterima hingga selesai. Dan sekarang aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku berkat pekerjaan yang ku dapatkan.

Aku sangat bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menyesali tentang semua perbuatan yang pernah aku lakukan.

Butiran hikmah
  1. Berhati-hatilah dalam memilih teman, karena teman yang baik itu adalah teman yang mengajak kita kejalan yang benar, bukannya teman yang mengajak kita kejalan kesesatan.
  2. Gunakanlah masa remaja dengan hal-hal positif, yang bermanfaat terhadap orang banyak. Semisal mengikuti pengajian keagamaan, ikut serta organisasi remaja mesjid.
  3. Jauhilah narkoba jika ingin masa depanmu terselamatkan. Jangan pernah untuk mencobanya walaupun itu cuma sedikit. Dan meghindari itu jauh lebih baik, daripada harus memakainya.
  4. Minta lah do’a terhadap kedua orang tua kita, serta mintalah ampun dan maaf kepada mereka terhadap kesalahan-kelasahan yang pernah kita lakukan.
  5. Sayangilah dirimu sendiri, sebagaiman rasa sayangmu kepada keluargamu. Dan jangan pernah masukkan racun kedalam tubuhmu, meskipun cuma sedikit.   

1 komentar untuk "Cerita inspirasi: penyesalanku"