Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita inspirasi dari Omen dan Opet

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh


Bagaimana kabar anda hari ini?

Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin…
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….

Oh ya, kali ini saya akan menulis sebuah cerita tentang kehidupan dua bersaudara. 

Emmmm…..bagaimana ceritanya, silahkan dibaca artikelnya sampai habis, Gratiiiiisssssssssssssss…tiiiss….tiiiiiisss…….

A. Keluarga terkaya

Dahulu kala disebuah desa dipinggiran kota ada keluarga yang sangat kaya raya, rumah mereka besar seperti sebuah istana dalam cerita-cerita dongeng itu lo, mobil yang dimiliki pun sangat banyak (maklum orang terkaya gitu lo), tanah dan perusahaan ada dimana-mana

Dikeluarga tersebut hanya ada seorang ayah dan kedua anak laki-lakinya. Sang ayah sudah sangat tua, bahkan mungkin bisa dikatin hampir mendekati kematian. Dimasa sehat sang ayah memiliki sifat yang sangat peduli antar sesasa, ia tidak segan-segan untuk membantu orang yang sedang mengalami masalah, bahkan sebagian hartanya digunakan untuk membantu tetangga-tetangganya yang sedang memerlukan bantuan. Oleh sebab itu orang-orang sangat senang dan bahagia tinggal didekat rumah si kaya tadi. Selain memiliki sifat dermawan, ia juga dinilai sebagi seorang yang sangat rajin beribadah.

Baginya harta yang banyak itu hanyalah sebagai titipan sesaat yang sewaktu-waktu bisa hilang. Harta yang kekal abadi itu adalah harta yang kita berikan kepada orang lain, dan kita sedekah kan kepada fakir miskin, ya…begitulah yang ia katakan kepada kedua anaknya.

Namun sekarang si kaya tersebut (orang tua omen) sering mengalami sakit-sakitan, ia silih berganti keluar masuk rumah sakit, baik itu rumah sakit yang ada di daerah tempat tinggalnya maupun rumah sakit yang ada diluar negeri.

Apa boleh dikata, sayang beribu sayang orang kaya yang dermawan tersebut dipanggil menghadap ilahi (meninggal). ini membuat goresan luka bagi anak-anaknya karena kehilangan orang tua satu-satunya yang dimiliki, begitu juga dengan warga sekitar merasa kehilangan atas meninggalnya orang kaya tersebut.

B. Dua bersaudara

Orang kaya tersebut memiliki dua orang anak laki-laki. Anak yang pertama (yang tertua) bernama Omen dan anak yang kedua bernama Opet. 

Omen memiliki watak yang kurang baik karena ia sering mabuk-mabukan dan bermain dengan wanita. Opet justru sebaliknya, ia memiliki watak yang sangat baik dan sangat dermawan kepada semua orang, mungkin sifat dari sang ayah mengalir pada diri Opet.

Suatu ketika sebelum ayah dari Omen dan Opet meninggal, ia telah berpesan kepada kedua anaknya agar tidak saling memusuhi, saling membenci dan saling berebut harta yang telah ada tersebut. Ia menginginkan kedua anaknya selalu akur dan membantu orang yang sedang kesusahaan dengan harta yang telah dimilikinya.

Harta itu pun segera dibagikan oleh sang ayah sesuai dengan nama kedua anaknya. Setengah untuk anak tertua, dan setengahnya pun untuk anak yang kedua. Mereka pun setuju atas keputusan sang ayah. 

Namun dalam pikiran Omen merasa tidak puas dengan harta pembagian tersebut, karena ia ingin memiliki bagian yang lebih banyak lagi daripada adiknya, karena ia adalah anak tertua. Tapi hasrat dan keinginan yang ada dikepalanya itu tertahan karena sang ayah masih ada.

C. Niat yang jahat

Seiring berjalannya waktu, sudah 2 tahun setelah meninggalnya sang ayah terjadilah perpecahan antara Omen dan Opet. Omen sangat berambisi agar bisa menguasai seluruh harta yang telah dimiliki sang ayah, bahkan ia sangat membenci adiknya. Berbagai cara akan ia lakukan demi menyingkirkan sang adik dan mengambil bagian yang telah menjadi milik adiknya.

Opet sendiri tidak pernah berpikir kalau sang kakak memiliki niat buruk terhadapnya, bahkan ia selalu membantu apa yang diminta oleh sang kaka. Opet menggunakan harta bagian yang dimilikinya untuk membangun sebuah usaha jual-beli sembako. Hidupnya begitu sederhana, ia tidak menampakkan kekayaan yang dimilikinya karena baginya harta yang ada itu bukan miliknya tapi milik sang ayah, ia ingin sukses dengan usahanya sendiri.

Opet sangat ramah tamah kepada semua orang sehingga membuat orang senang terhadapnya. 

Omen justru sebaliknya, ia menghambur-hamburkan harta yang dimilikinya untuk bersenang-senang ketempat hiburan, mabuk-mabukan, berjudi, dan lain sebagainya. Ini yang membuat bagian hartanya cepat habis. Oleh sebab itu ia sangat ingin merebut harta bagian milik sang adik  

Suatu hari Omen memerintah beberapa orang untuk membunuh sang adik, dan ketika Opet sedang berjalan menggunakan motornya, ia kemudian dihadang oleh beberapa orang, dan orang tersebut langsung memukul Opet secara bersamaan. Beruntung ketika itu ada salah satu warga yang melihatnya dan segera menghampiri mereka. Dan ketika melihat warga berdatangan membuat orang-orang yang telah memukuli Opet berlarian, sebagian warga pun mengejarnya dan alhasil salah seorang dari mereka berhasil ditangkap warga dan akan diserahkan ke kantor polisi.

Opet sendiri segera dilarikan kerumah sakit karena mengalami luka yang sangat serius dibagian kepala akibat pukulan orang-orang tadi.

Mendengar sang adik masuk rumah sakit membuat Omen tersenyum dan tertawa didalam hatinya karena telah berhasil menyingkirkan sang adik.

D. Bersenang-senang

Singkat cerita Omen pun berhasil mendapatkan surat-surat milik sang adik dan merubahnya, sehingga semua harta yang ada telah menjadi miliknya sendiri. Omen pun bersenang-senang bersama teman-temannya didalam rumah sambil mabuk-mabukan dan berjudi. Ia tidak menghiraukan adiknya yang sedang dirawat, ia justru hanya memikirkan dirinya sendiri.

Warga yang mengetahui tindakan Omen tidak ada yang berani untuk melawannya, karena di ancam akan dibunuh oleh orang-orang suruhan Omen. Oleh sebab itu warga lebih memilih untuk bungkam.
Beberapa hari kemudian Opet pun sembuh dari sakitnya dan segera pulang kerumahnya, ia tidak tahu sama sekali bahwa kakaknyalah yang telah berbuat jahat kepadanya.

Alangkah terkejutnya Opet melihat rumah yang ditempatinya bersama sang kakak justru acak-acakan, berantakan tidak beraturan, botol minuman berserakan dimana-mana, kartu untuk berjudi dan lain sebagainya. 

Opet pun mencari keberadaan sang kakak, alangkah terkejutnya ia ketika melihat sang kakak lagi tertidur dengan ditemani oleh beberapa orang wanita. Opet pun meminta agar wanita dan para teman-teman Omen yang ada dirumahnya agar bisa pergi dan mengancam akan menelpon polisi jika tidak ada yang mendengarkan ucapannya.

Akhirnya semua orang pergi meninggalkan rumah mereka tanpa terkecuali Omen. Omen masih tertidur dikamarnya, mungkin akibat dari pengaruh minumannya. Ketika terbangun, alangkah terkejutnya Omen karena tidak ada satu pun lagi teman-temannya, yang ia lihat cuma satu orang yaitu sosok adiknya saja.

Omen pun sangat marah terhadap sang adik karena telah mengacaukan pestanya, ia pun menghampiri sang adik dan memukulnya diperut hingga membuatnya tersungkur. Opet hanya bisa menangis dan tidak ingin melawan sang kakak. Omen melampiaskan kemarahan yang selama ini ia pendam kepada adiknya, ia sangat marah dan terus memukul sang adik hingga berdarah.

Opet hanya berkata “sudah cukup kakak, sadarlah, sadarlah, sadarlah, kasihan ayah yang ada disana”. Omen tidak pernah mempedulikan ucapan sang adik dan begitu saja meninggalkannya.

E. Penyesalahan 

Benar apa yang biasa dikatakan oleh orang-orang, hidup itu bagaikan sebuah roda yang berputar, terkadang berada diatas, dan juga terkadang berada dibawah. Mungkin ini lah balasan yang didapatkan oleh Omen, kehidupannya berubah 180 derajat, harta yang biasa dibangga-banggakannya kini telah menghilang.

Seluruh hartanya habis terjual akibat sikap buruknya, mobil mewah, rumah mewah yang dimilikinya kini sudah beralih menjadi milik orang lain.

Kini Omen hanya tinggal sendiri, ia tidak tahu entah mau pergi kemana. Hidupnya bagaikan butiran debu yang begitu saja terbang ketika terkena angin, kemana angin membawa kesitu ia akan pergi, ia juga tidak lagi memiliki tujuan hidup. Untuk makan pun ia hanya mencari sisa-sisa dari pembuangan orang lain.

Kini hanya penyesalan dan air mata yang selalu menemaninya. Ia sangat ingin bertemu dengan sang adik, namun sayangnya ia tidak mengetahui dimana sang adik tinggal setelah peristiwa malam itu. Omen sangat ingin meminta maaf kepada adiknya dan menyesali perbuatannya yang dulu.

F. Cahaya kehidupan

Di saat keterpurukan tersebut membuat Omen sangat berputus asa, ia pun ingin mengakhiri hidupnya dengan cara terjun dari jembatan yang sangat tinggi. Suatu hari ketika Omen ingin mengakhiri hidupnya, tiba-tiba ada seseorang yang menolongnya dan menangkapnya agar tidak menjatuhkan diri dari jembatan.

Seseorang itu berkata kepada Omen, “bahwa tidak ada gunanya bunuh diri, dan menyesali yang telah berlalu, oleh sebab itu lebih baik memikirkan untuk kehidupan masa depan dan berhijrah menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan aku sudah memaafkanmu dari dulu”. Suara itu terdengar sangat jelas ditelinga Omen, ia pun menoleh kearah orang yang berbicara tersebut, dan betapa terkejutnya Omen bahwa seseorang yang berbicara itu adalah adiknya sendiri Opet. Ia pun segera memuluk sang adik sambil menagis meminta maaf atas perbuatannya yang dulu, Opet pun juga ikut menangis karena dapat merasakan apa yang kakaknya rasakan.

Omen segera ingin bersujud dikaki sang adik, tapi dengan segera juga sang adik menangkapnya dan memeluk sang kakak.

Terlihatlah pemandangan yang sangat luar biasa dari dua orang bersaudara yang saling menyayangi. Opet pun membawa sang kakak pulang kerumahnya, walupun sederhana tapi itu semua hasil jerih payah Opet dari penghasilan jualan sembakonya.

Dirumah Omen pun kembali meminta maaf karena telah mengambil bagian harta sang adik peninggalan ayahnya, namun semua itu telah hilang. Opet pun tersenyum dan sambil berkata “yang telah lalu biarlah berlalu tidak perlu lagi untuk disesali”. opet pun mengambil sesuatu dari kamarnya, ternyata ia menyimpan beberapa berkas hak milik tanah yang masih menjadi miliknya dan atas namanya.

Ia pun memberikan salah satunya kepada sang kakak untuk digunakan sebagai modal usahanya, Omen pun bersujud syukur atas apa yang ia dapat kan sekarang dan berniat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Lagi dan lagi ucapan terima kasih keluar dari mulut Omen kepada sang adik karena telah ikhlas membantunya, bahkan tidak menuntut kejahatan yang pernah dilakukan oleh sang kakak.

Kini dua orang bersaudara tersebut hidup dengan rukun dan damai, bahkan sekarang Omen menjadi seorang pengusaha jual-beli kendaraan. Dan menjadi seorang dermawan yang baik, ia tidak pernah melupakan kewajibannya terhadang Yang Maha Kuasa, dan selalu membagikan hartanya kepada orang yang membutuhkan.

Kini setelah beberapa tahun berlalu mereka pun sudah memiliki keluarga masing-masing, Omen dengan 3 orang anaknya, sedangkan Opet dengan 4 orang anaknya. Dan mereka pun membawa keluarga masing-masing kekubur sang ayah, dan menemui warga yang pernah tinggal didekat rumahnya dulu dengan memberikan beberapa sedakah dan saling bermaaf-maafan.

G. Butiran hikmah

Dari cerita diatas dapat kita ambil pelajaran, bahwa:

  1. Hidup bagaikan sebuah roda, terkadang diatas dan terkadang berada dibawah. Ketika berada dibawah, maka hendaknya kita bersabar dalam menerimanya dan berlapang dada lah dalam menghadapinya. Namun ketika berada diatas, maka jangan pernah sombong terhadap sesama.
  2. Harta itu hanya sebagai titipan, dan suatu saat bisa hilang jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar
  3. Seseorang yang dermawan itu sudah pasti akan disenangi oleh setiap orang, dan jangan lah bersikap kikir terhadap sesama ketika kita memiliki harta yang berlebih.
  4. Orang yang terbaik itu adalah orang yang selalu memaafkan kesalahan orang lain, sebelum orang lain meminta maaf kepadanya.
  5. Jangan lah pernah berbuat dzalim kepada orang lain, apalagi terhadap saudaranya sendiri. Karena akan ada balasan yang akan menimpanya, dan do’a orang yang teraniaya itu sangat mustajab.

1 komentar untuk "Cerita inspirasi dari Omen dan Opet"