Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bubur Asyura: Tradisi Gotong Royong Ibu-ibu Di Bulan Muharram

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh


Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….
Disini saya akan kembali menuliskan informasi kepada semua orang dimana pun berada tentang suatu tradisi, atau suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat tempat tinggal kami, yaitu Desa Masintan.

Kali ini artikel saya tentang suatu tradisi yang dilakukan oleh para ibu-ibu dalam pembuatan bubur asyura. Pembuatan bubur asyura ini dilakukan yaitu ketika datangnya bulan muharram dalam tahun baru hijriyah (tahun baru islam).

Asal usul pembuatan bubur asyura

Menurut ibu-ibu disekitar tempat tinggalku, bubur asyura ini dibuat dalam rangka memperingati peristiwa yang sangat bersejarah untuk umat islam. Yaitu ketika terjadinya perang antara pejuang-pejuang umat islam melawan para kaum kafir Quraisy, dan saat terjadi perang itupejuang-pejuang umat islam mengalami kekurangan makanan, akhirnya mereka pun memakan-makanan yang bercampur dengan sayur-sayuran. Dan dari situlah hingga sekarang ini dikenal dengan nama bubur asyura, yaitu bubur yang didalamnya terdapat campuran berbagai macam sayur-sayuran. Dan ini menurut versi ibu-ibu sekitar tempat tinggalku yang sering membuatnya, kalau yang sebenarnya wallahua’lam.

Jika ditanya apakah enak untuk dimakan?

Tentu jawabannya 100% enak dan meyehatkan, apalagi dimakan dengan menggunakan sambal cabe. Weeeiihhhh, mantap bangat.

Tata cara pembuatan bubur asyura

Sebelum membuat bubur asyura, biasanya ibu-ibu akan melakukan musyawarah tentang penetapan hari untuk membuat bubur tersebut.

Kenapa ibu-ibu yang membuatnya?

Ya, jelas lah, kan yang memasaknya para ibu-ibu bukan bapak-bapak. Bapak-bapak cuma sebagai penikmat hasil olahan atau masakan tersebut saja, ya walupun sebagian ada yang tidak bisa memakannya. Apalagi yang alergi makan sayur, tentu tidak akan mau memakannya. Dan ini tergantung selera masing-masing ya, tidak ada paksaan untuk memakannya.

Setelah hari untuk pembuatan bubur asyura ditentukan, selanjunya para ibu-ibu mengumpulkan sumbangan dana untuk membeli keperluan dalam pembuatan bubur asyura. Selain dana untuk membeli keperluan, ibu-ibu pun mengumpulkan sumbangan lain berupa beras, sayur-sayuran, buah-buahan dan juga ubi-ubian.

Adapun sayuran yang biasa digunakan untuk membuat bubur asyura, antara lain;

1. Ada kacang panjang
2. Kangkung
3. Bayam
4. Labu
5. Kentang
6. Wortel
7. Ubi kayu
8. Buah nangka
9. Potongan daging ayam

Dan agar lebih nikmat, bisa ditambahkan dengan abun udang (udang kering) dan juga kikil sapi. 

Semua bahan itu dicampur satu persatu dalam wadah berupa rinjiing besar. Biasanya ibu-ibu memasaknya dengan menggunakan 2/3 buah rinjing besar, satu rinjing dengan isi bahan tambahan berupa abun udang (udang kering), satu rinjing dengan isi tambahan berupa kikil sapi, dan satu rinjing lagi di isi dengan tambahan potongan daging ayam. Dan terus diaduk hingga matang.

Setalah matang dan menjadi bubur, kemudian dituangkan kedalam piring untuk dimakan secara bersamaan, dan sebelum memakannya terlebih dahulu dibacakan do’a. Dengan harapan semoga selamatan, mendapat pahala dan mendapat berkah.

Dan setelah itu, bubur-bubur tersebut dibagikan kesetiap orang yang telah menyumbang dan membantu dalam pembuatannya.

Inilah kebersamaan serta kerukunan yang ada di desa kami, yaitu Desa Masintan Kecamatan Kelua Kabupaten Tabalong. 

Bagaimana dengan desa tempat sahabat-sahabat tinggal, apakah juga sama sepeti yang ada di desa kami?

Apakah di desa sahabat-sahabat semua membuat bubur asyura di bulan muharram? 

Catatan; rinjing adalah istilah kata dalam bahasa banjar yang menggambarkan suatu tempat untuk memasak dan terbuat dari besi, atau dalam bahasa indonesia biasa disebut dengan wajan.  

1 komentar untuk "Bubur Asyura: Tradisi Gotong Royong Ibu-ibu Di Bulan Muharram"