Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

RANGKUMAN TENTANG PERTENTANGAN DAN TINGKATAN LAFAZH PADA JARH WA AL-TA'DIL

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

RANGKUMAN TENTANG PERTENTANGAN DAN TINGKATAN LAFAZH PADA JARH WA AL-TA'DIL

Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga segera mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
  4. Yang sedang belajar, semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….

WAHYUDIANSYAH.COM – Rangkuman Tentang Pertentangan Dan Tingkatan Lafazh Pada Jarh Wa Al-Ta'dil

A. Pertentangan antara Jarh dan Ta’dil

Apabila terjadi pertentangan antara jarh dan ta’dil terhadap seorang rawi, maka dalam hal ini terdapat beberapa pendapat ulama. Pendapat yang shahih adalah pendapat jumhur ulama dan dishahihkan oleh Ibnu al-Shalah dan muhaddits lain serta sebagian ulama ushul. Kadang-kadang para ulama mendahulukan ta’dil  atas jarh dalam banyak kesempatan. Jadi kaidah ini terbatas dengan syarat-syarat sebagai berikut:

  1. Jarh harus dijelaskan dan harus memenuhi semua syarat-syaratnya.
  2. Orang yang men-jarh tidak sentimen atas orang yang di jarh atau terlalu mempersulit dalam men-jarh.
  3. Pen-ta’dil tidak menjelaskan bahwa jarh yang ada tidak dapat diterima bagi rawi yang bersangkutan.

B. Tingkatan lafazh-lafazh al-jarh wa al-ta’dil

1. Tingkatan-tingkatan lafazh al-ta’dil

1) kata-kata yang menunjukkan mubalaghah dalam hal ta’dil dengan bentuk af’al at-tafdhil dan sejenisnya. Seperti: Orang yang paling tsiqah (أَوْثَقُ النَّاسْ), Orang yang paling mantap hafalan dan keadilannya (أَثْبَتُ النَّاسِ حِفْظًا وَعَدَالَةً), dan Orang yang tsiqah melebihi orang yang tsiqah (ثَقَةُ فَوَقَ الثَّقَةِ).

2) Misalnya pernyataan, seperti kata “fulan tidak dipertanyakan”

3) Kata-kata yang mengukuhkan kualitas tsiqat dengan salah satu sifat di antara sekian sifat adil dan tsiqat, baik dengan kata yang sama atau kata yang searti. Misalnya: orang yang teguh (lagi) teguh (ثُبُتٌ ثُبُتْ), orang yang tsiqah (lagi) tsiqah (ثِقَةٌ ثِقَةْ).

4) Kata-kata yang menunjukkan sifat adil dengan kata yang menyiratkan ke- dhabit-an. Misalnya: orang yang teguh (hati dan lidahnya) (ثُبُتٌ), orang yang meyakinkan (ilmunya) (مُتْقِنٌ) dan orang yang tsiqah (ثِقَةٌ)

5) Kata-kata yang menunjukkan sifat adil, tetapi menggunakan kata yang tidak menyiratkan ke-dhabit-an. Misalnya: orang yang sangat jujur (صَدُوْقٌ), orang yang dapat memegang amanat (مَأْمُوْنٌ) dan orang yang tidak cacat (لَابَأْسَ بِهْ).

6) Kata-kata yang sedikit menyiratkan makna tajrih. Misalnya: orang yang jujur, insya Allah (صُدُوْقٌ إِنْشَاءَ الله), dan orang yang sedikit kesalehannya (فُلَانٌ صويلح)

2. Tingkatan-tingkatan lafazh al-jarh

1) Dengan kata-kata yang menunjukkan mubalaghah dalam hal jarh. Misalnya:    orang yang paling dusta (اَوْضَعَ النَّاْس) dan orang yang paling bohong (اَكْذَبُ النَّاسْ)

2) Jarh dengan kedustaan atau kepalsuan. Misalnya: orang yang pembohong (كَذَّابُ), orang yang pendusta (وَضَّاعٌ) dan orang yang penipu (دَجَّالْ)

3) Kata-kata yang menunjukkan ketertuduhan perawi sebagai pendusta. Misalnya: orang yang dituduh bohong (فُلَانٌ مِتَّهَمٌ بِاْلكَذْبِ), orang yang dituduh dusta (اَوْمُتَّهِمٌ بِالْوَضْعِ) dan orang yang perlu diteliti (فُلَانُ فِيْهِ النَّظْرُ)

4) Dengan kata-kata yang menunjukkan kedha’ifan yang sangat. Misalnya: Orang yang dilempar hadisnya (مُطْرَحُ الْحَدِيْثُ) dan orang yang lemah (فُلَانٌ ضَعِيْفٌ)

5) Kata-kata yang menunjukkan penilaian dha’if atas perawi atau kerancuan hafalannya. Misalnya: orang yang mungkar hadisnya (فُلَاٌن مًنْكَرٌ الْحَدِيْث) dan orang yang kacau hadisnya (فُلَانٌ مُضْطَرِبُ الْحَدِيْث)

6) Menyifati perawi dengan sifat-sifat yang menunjukkan kedha’ifannya. Misalnya:  orang yang diperbincangkan (فُلَانٌ مُقَالٌ فِيْهِ), orang yang disingkiri (فُلَانٌ فِيْهِ خَلْفٌ) dan orang yang lunak (فُلَانٌ لَيَّن).

C. Kitab-kitab Jarh dan Ta’dil

  1. Al Jarh wa At Ta’dil karya Abdurrahman bin Abi Hatim ar Razi, terdiri dari 4 jilid dan memuat 10.050 perawi.
  2. Mizan al I’tidal karya Imam Syamsuddin Muhammad adz Dzahabi, terdiri dari 3 jilid dan memuat 10.907 rijal al Sanad.
  3. Lisan al Mizan karya Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqalani, yang mencakup isi Mizan al I’tidal, terdiri dari 6 jilid dan memuat 14.343 perawi.
  4. Ma’rifat al Rijal karya Yahya ibn Ma’in.
  5. At Thabaqat karya Muhammad ibn Sa’ad al Zuhri al Bashri
  6. Al Kamil fi at Tarikh karya Ibnu Katsir

D. Ilmu-ilmu yang terkait dengan Jarh wa Ta’dil

  1. Ilmu Rijal al Hadis, ilmu Jarh Wa Ta’dil merupakan bagian dari ilmu rijal al-Hadis
  2. Takhrij al Hadis, Di dalam mentakhrij Hadis harus mengetahui apakah Hadis  yang ditakhrijnya dapat diterima atau ditolak.

AKHIR KATA

Mungkin itu saja yang dapat mimin bagikan mengenai Rangkuman Tentang Pertentangan Dan Tingkatan Lafazh Pada Jarh Wa Al-Ta'dil. Bagi anda yang ingin berbagi mengenai pengetahuan tentang ilmu Jarh Wa Ta'dil yang ada pada ilmu hadist ini agar sekiranya  dapat menuliskannya pada kolom komentar yang ada dibagian bawah artikel ini. Terakhir semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dimanapun berada dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penulisan atau ada kalimat yang sulit untuk dipahami, agar sekiranya dapat memakluminya. 

Posting Komentar untuk "RANGKUMAN TENTANG PERTENTANGAN DAN TINGKATAN LAFAZH PADA JARH WA AL-TA'DIL"