Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hakikat Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan (MMP)

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….

A. Hakikat Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan (MMP)

Pembelajaran membaca dan menulis permulaan atau yang biasadisingkat dengan MMP adalah suatu tindakan didalam pembelajaran yang lebih khusus digunakan untuk peserta didik yang baru saja masuk ke kelas 1 SD, pembelajaran dalam MMP ini lebih menekankan pada kemampuan melek huruf dan mengenal simbol-simbol dalam bacaan. Untuk peserta didik yang masuk ke kelas 1 akan diperkenalkan simbol-simbol dalam bacaan, misalnya abjad besar dilambangkan seperti apa, lalu abjad kecil dilambangkan seperti apa. Selain itu dalam pembelajaran MMP ini mengajarkan kepada siswa peserta didik baru untuk membunyikan huruf, yaitu bagaimana membunyikan huruf vokal (a, e, i, u, o) dan bagaimana membunyikan huruf konsonan.

Melalui lambang-lambang huruf tadi siswa dapat menuliskan tentang apa yang ia dengar, misalnya ketika guru menyebutkan bunyi huruf E maka siswa dapat menulikannya di buku tulis dan guru bisa melakukan pengecekan terhadap apa yang ia tulis, hal ini dilakukan agar apa yang siswa dengarkan dan tuliskan memang benar yaitu huruf E. Dan antara huruf E dengan I secara sepintas akan terdengan sama, tapi bagi yang daya tangkapnya bagus makadapat membedakan kedua huruf tersebut.

Adapun strategi yang bisa digunakan untuk pembelajaran MMP, antara lain:

1) Metode Eja, sebagai contoh A/a, B/b, C/c. D/d, E/e, F/f dilafalkan sebagai [a], [be], [ce], [de], [e], [ef], dan seterusnya.

2) Metode Bunyi, sebagai contoh

Huruf /b/ dilafalkan [eb]

/d/ dilafalkan [ed]

/e/ dilafalkan [e]

/g/ dilafalkan [eg]

3) Metode Suku Kata, dalam pembelajaran MMP metode ini diawali dengan pengenalan suku kata, seperti /ba, bi, bu, be, bo/; /ca, ci, cu, ce, co/ dan seterusnya.

4) Metode Kata, sebagai contoh proses pembelejaran MMP diawali dari pengenalan sebuah kata tertentu, baru kemudian kata tersebut bisa dirangkai untuk memiliki makna. Misalnya A  DA  RA  JA, A  DA  NA  GA.

5) Metode Global, dalam proses pembelajaran MMP metode ini diawalidengan penyajian beberapa kalimat secara global. Sebagai contoh, kalimat yang diperkenalkan berbunyi ini Nani maka gambar yang cocok untuk menyertai kalimat tersebut adalah gambar seorang anak perempuan.

6) Metode SAS, untuk pembelajaran MMP dengan metode ini mengawali peljarannya dengan menampilkan kalimat yang utuh

MMP kependekan dari Membaca Menulis Permulaan, MMP merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku sekolah. Misalnya tahap awal ketika anak memasuki bangku sekolah di kelas 1 Sekolah Dasar. Dan alat penilaian yang digunakan bisa berupa tes maupun non-tes, dan untuk menilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran MMP dikelas rendah adalah untuk menilai kemampuan dalam hal kemelekhurufan yang dicapainya.

Dalam penilaian MMP terbagi menjadi 2 macam, yaitu penilaian dalam bentuk proses dan penilaian dalam bentuk hasil.

a. Penilaian dalam bentuk proses, dalam proses pembelajaran dimaksud, guru akan memperhatikan aktivitas, respons, kegiatan, minat, sikap, dan upaya siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Adapun alat penilaian MMP dalam bentuk proses ini, antara lain:

  • Tes tertulis
  • Tes lisan
  • Dan tes perbuatan

Adapun teknik non-tes digunakan sebagai alat evaluasi untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik minat, sikap, dan kepribadian.

b. Adapun penilaian dalam bentuk hasil pada pembelajaran MMP, diantaranya:

  1. Membaca secara nyaring, yaitu siswa melafalkan lambang tertulis, baik berupalambang huruf, suku kata, kata, atau kalimat sederhana. Dan melalui tes ini, guru akan dapat menilai kemampuan siswa dalam mengidentifikasi lambang-lambang bunyi, melafalkannya dan memaknainya 
  2. Dengan mengisi wacana atau kalimat yang rumpang dalam tataran kebahasaan sesuai dengan pemfokusan pembelajaran yang diberikan. Teknik isian rumpang untuk membaca permulaan tidak berpatokan pada teknik isian rumpang sebagaimana halnya untuk untuk membaca tingkat lanjut (membaca pemahaman) yang aturannya sudah baku, misalnya dengan pelesapan setiap kata kelima, keenam, atau ketujuh secara konsisten. 
  3. Menjawab dan mengerjakan pertanyaan dari teks tertulis (teks sederhana), untuk sekedar mengecek pemahaman siswa terhadap teks-teks sederhana, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami lambang-lambang tulis. Sebaliknya, siswa juga dapat dirangsang untuk mengajukan pertanyaan sehubungan dengan teks yang dibacanya.

B. Alasan Pembelajaran Bahasa Indonesia Lebih Baik Dilakukan Secara Terpadu

Keterpaduan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD terbagi menjadi2 macam, yaitu keterpaduan lintas materi dan keterpaduan dalam lintas kurikulum. Alasan mengapa pembelajaran Bahasa Indonesia di SD sebaiknya dilakukan secara keterpaduan agar pada satu materi yang dibahas atau dipelajari dapat dimanfaatkan untuk keterampilan berbahasa yang lainnya, misalnya dari materi Bahasa Indonesia di SD melalui lintas materi yang mengajarkan tentang cara membaca bisa dipadukan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya seperti menulis, mendengarkan, dan mengamati atau bahkan bisa dengan cara menyimak.  

Kemudian selain itu keterpaduan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD bisa dilakukan melalui lintas kurikulum, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia di padukan dengan pembelajaran seni, dan mata pelajaran Bahasa Indonesia dipadukan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Contohnya, siswa bisa saja menyimak tentang suatu lagu, lalu menuliskannya dibuku tulis lalu kemudian menyanyikannya di depan kelas.  

C. Fungsi Kurikulum Sebagai Pedoman Mengevaluasi Perkembangan Siswa

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang berarti jarak yang harus ditempuh, sedangkan menurut UU Pendidikan No. 2 tahun 1989 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Maksud dari kurikulum sebagai pedoman mengevaluasi siswa, antara lain:
  • Bagi seorang guru kurikulum berfungsi sebagai acuan untuk menerapkan pembelajaran yang ada disekolah
  • Kurikulum dimanfaatkan sebagai alat evaluasi untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari
  • Dengan adanya kurikulum dapat membantu guru untuk mengajar dan menyampaikan materi sesuai dengan tuntutan kurikulum 
  • Dengan adanya kurikulum siswa akan mendapatkan sejumlah pengetahuan dan kecakapan yang baru yang dapat dikembangkan untuk melengkapi sebagai bekal hidup mereka setelah terjun kedalam masayarakat
  • Kurikulum bisa saja disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan siswanya yang ada disekolah, oleh sebab itu sifat dari kurikulum itu tidak kaku dan justru bersifat lentur, sebab bisa diubah sesuai dengan kemampuan dan keadaan siswanya  
D. Fungsi Dari Buku Teks Di SD

Fungsi buku teks adalah untuk memperlancar proses belajar mengajar, tetapi hal ini tidak tidak berarti bahwa guru harus menggantungkan diri sepenuhnya pada keberadaan buku teks.

Adapun syarat-syarat buku teks untuk pembelajaran Bahasa Indonesia di SD yang baik dan benar menurut W.F.Mackey (dalam Hanafi, 1981), penyusunan buku teks didasarkan pada prinsip berikut ini:
  1. Seleksi, adapun pertimbangan untuk tahap seleksi ini antara lain: 1) tujuan pengajaran, level bahasa yang digunakan dan jumlah waktu ajar, 2) tipe bahasa yang akan diajarkan, 3) jumlah materi yang akan disajikan, 4) butir-butir yang akan diajarkan mencakup fonetik, dan 5) kriteria melandasi pilihan.
  2. Gradasi bahan pelajaran, mempersoalkan tentang tataan yang dpandang paling baik untuk menyajikan bahan pelajaran yang telah dipilih atau diseleksi.
  3. Presentasi bahan, mempersoalkan tentang bahan kepada siswa, presentasi bahan dapat berupa penahapan bahan pelajaran, pendemonstrasian bahan pelajaran dan juga prosedur yang ditempuh dalam menyajikan isi pelajaran
  4. Repetesi bahan pelajaran, mempersoalkan tentang hal-hal yang patut dilaksanakan guru didalam kelas, menyajikan bahan pelajaran yang telah tertata dalam buku pelajaran (telah diseleksi, degradasi, dan dipresentasikan).  

Posting Komentar untuk "Hakikat Pembelajaran Membaca Dan Menulis Permulaan (MMP)"