Baayun Maulid: Makna Sejarah di Kalimantan Selatan
WAHYUDIANSYAH.COM – Baayun Maulid: Makna Sejarah di Kalimantan Selatan
Pernah dengar soal ritual mengayun bayi yang bukan cuma sekadar menidurkan, tapi juga penuh doa dan tradisi? Di Kalimantan Selatan, ada sebuah ritual unik dan sangat istimewa bernama Baayun Maulid. Ini bukan cuma sekadar tradisi biasa, tapi sebuah perayaan yang menggabungkan kebudayaan lokal dengan nilai-nilai Islam, menciptakan harmoni yang indah dan penuh makna.
Setiap tahun, terutama saat perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, kota-kota di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin dan Martapura, akan ramai dengan suara shalawat dan gemuruh doa. Pemandangan puluhan, bahkan ratusan, ayunan yang berjejer rapi, dihias cantik, dan di dalamnya duduk bayi-bayi atau anak-anak kecil, menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Inilah Baayun Maulid.
Lebih dari Sekadar Mengayun: Sejarah yang Mengakar Kuat
Baayun Maulid bukan tradisi kemarin sore. Ritual ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu, jauh sebelum Islam menyebar luas di Tanah Banjar. Konon, Baayun dulunya adalah tradisi animisme dan dinamisme masyarakat Dayak, yang bertujuan untuk memohon perlindungan dewa-dewa agar anak-anak terhindar dari mara bahaya dan diberikan kesehatan.
Ketika Islam datang dan diterima dengan tangan terbuka oleh Kesultanan Banjar, tradisi ini tidak serta-merta hilang. Para ulama dan tokoh agama kala itu, dengan kebijaksanaan mereka, tidak menghapus total tradisi yang sudah mengakar. Alih-alih melarang, mereka mengadaptasi dan mengislamkan tradisi ini. Ritual Baayun yang tadinya bersifat kepercayaan lokal, kemudian disisipi dengan nilai-nilai Islam, terutama dengan pembacaan shalawat dan doa-doa kepada Nabi Muhammad SAW.
Sejak saat itu, Baayun berubah menjadi Baayun Maulid, sebuah perayaan yang kental dengan nuansa Islami. Transformasi ini menunjukkan betapa luwesnya Islam dalam berakulturasi dengan budaya lokal, menciptakan sebuah tradisi baru yang memperkaya khazanah budaya bangsa.
Ayunan Penuh Harapan: Prosesi yang Sarat Makna
Pusat perhatian utama dalam Baayun Maulid tentu saja adalah ayunan itu sendiri. Ayunan-ayunan ini bukan sembarang ayunan. Biasanya terbuat dari kain sasirangan, kain tenun khas Banjar yang penuh warna dan motif indah, atau kain berwarna-warni lainnya. Ayunan dihias sedemikian rupa dengan berbagai ornamen, seperti untaian bunga melati, janur kuning, telur rebus yang dihias, sampai replika burung-burungan atau ikan-ikanan yang terbuat dari kertas atau kain.
Di dalam ayunan ini, duduklah bayi-bayi atau anak-anak kecil. Usia peserta Baayun Maulid bervariasi, mulai dari bayi baru lahir hingga anak-anak yang sudah berusia sekitar lima tahun. Bahkan, kadang ada juga orang dewasa yang ikut diayun, biasanya untuk membayar nazar atau sebagai simbol permintaan berkah.
Prosesi Baayun Maulid diawali dengan pembacaan syair-syair Maulid Al-Barzanji atau Maulid Habsyi yang mengisahkan perjalanan hidup dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Suara merdu para qori dan alunan rebana yang mengiringi shalawat menciptakan suasana khusyuk namun tetap meriah. Para orang tua yang mendampingi anaknya di ayunan akan khusyuk berdoa, memohon agar anak mereka tumbuh menjadi pribadi yang saleh, berbakti, sehat, dan sukses dunia akhirat.
Setelah pembacaan Maulid selesai, barulah prosesi mengayun dilakukan. Para ibu atau anggota keluarga lain akan mengayunkan ayunan secara perlahan, sambil terus melantunkan shalawat atau doa. Air mata haru dan senyum kebahagiaan sering terlihat di wajah para orang tua, merasa lega telah menunaikan salah satu bentuk harapan terbaik untuk buah hati mereka.
Simbolisme di Balik Setiap Ornamen
Setiap ornamen yang menghiasi ayunan Baayun Maulid punya makna tersendiri:
- Telur Rebus Hias: Melambangkan kesuburan, kehidupan, dan harapan akan masa depan yang cerah.
- Bunga Melati: Melambangkan kesucian, keharuman, dan doa agar anak tumbuh dengan hati yang bersih.
- Janur Kuning: Simbol kebahagiaan dan kemeriahan dalam tradisi adat Melayu.
- Replika Burung atau Ikan: Dipercaya sebagai penolak bala dan pembawa keberuntungan.
Semua ornamen ini dirangkai dengan apik, tidak hanya menambah keindahan ayunan, tapi juga memperkaya makna spiritual dari ritual ini.
Baayun Maulid: Menjaga Tradisi di Era Modern
Di tengah gempuran modernisasi, Baayun Maulid tetap bertahan dan bahkan semakin populer. Setiap tahun, jumlah peserta semakin bertambah. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Kalimantan Selatan masih sangat menjaga dan menghargai warisan budaya leluhur mereka.
Bagi mereka, Baayun Maulid bukan hanya sekadar ritual. Ia adalah momen untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, mengajarkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda, dan tentu saja, memanjatkan doa-doa terbaik untuk anak cucu. Ini adalah cara mereka untuk menyatakan rasa syukur atas kelahiran sang buah hati, sekaligus memohon keberkahan dan perlindungan dari Allah SWT melalui perantara Nabi Muhammad SAW.
Melalui Baayun Maulid, kita bisa belajar bahwa tradisi lama tidak harus dibuang begitu saja. Dengan sentuhan dan adaptasi yang tepat, tradisi bisa menjadi bagian integral dari kehidupan beragama dan kebudayaan, menciptakan harmoni yang indah dan penuh makna. Jadi, jika kamu punya kesempatan berkunjung ke Kalimantan Selatan saat Maulid Nabi, jangan lewatkan pemandangan Baayun Maulid yang memukau ini! Kamu akan merasakan betapa kayanya Indonesia dengan segala tradisi uniknya.
Posting Komentar untuk "Baayun Maulid: Makna Sejarah di Kalimantan Selatan"