Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cara Menyusun Alat Evaluasi dan Prinsip Merancang Pengalaman Belajar Siswa

 Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….

A. Pengertian dan kriteria dalam menyusun Alat Evaluasi 

Alat evaluasi adalah alat atau instrumen yang bisa digunakan oleh guru untuk mengukur kemampuan siswa, baik itu dari ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Adapun kriteria dalam penyusunan alat evaluasi, antara lain:

  1. Validitas, adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah soal yang dikembangkan valid atau tidak, guru dapat menganalisisnya dengan cara melihat kembali rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa. Soal yang valid adalah soal yang mengungkap kemampuan yang sama dengan kemampuan yang tercantum dalam rumusan indikator.
  2. Reliabilitas, kriteria rialibilitas mengacu pada ketetapan atau keajengan alat ukur dalam menilai apa yang seharusnya dinilai. Alat ukur yang reliabel akan memberikan hasil yang sama kapan pun alat ukur tersebut digunakan pada siswa yang sama.
  3. Dapat dilaksanakan, pada kriteria ini berkenaan dengan kemungkinan alat ukur tersebut dilaksanakan dilihat dari aspek biaya dan waktunya. Kriteria ini juga berkenaan dengan kemudahan alat ukur disusun, serta kemudahan dalam penskoran dan interpretasi hasil yang diperoleh. Dengan mengembangkan alat evaluasi yang sesuai dengan kriteria tersebut, diharapkan hasil evaluasi yang diperoleh akan benar-benar menggambarkan kemampuan yang dimiliki siswa.

B. Prinsip Merancang Pengalaman Belajar Siswa

Pengalaman belajar diartikan sebagai interaksi antara orang yang sedang belajar (siswa) dengan kondisi lingkungan eksternal secara aktif. Adapun prinsip-prinsip dalam merancang pengalaman belajar, yaitu:

  1. Prinsip mengaktifkan siswa, belajar pada hakikatnya merupakan suatu proses aktif, yaitu kegiatan merespon terhadap setiap simulasi pembelajaran. Aktivitas tersebut mencangkup unsur-unsur yang bersifat fisik dan psikis, meliputi mata, telinga, hidung, alat peraba, kaki, pikiran, mental, dan emosional. Semua itu merupakan bagian yang harus diaktifkan dalam kegiatan pembelajaran.
  2. Prinsip kesesuaian, kesesuaian antara guru dan siswa pada kenyataannya sangat memengaruhi seorang siswa dalam menyenangi suatu pelajaran. Guru yang baik tentunya akan selalu berusaha menerapkan metode pembelajaran yang benar-benar sesuai dengan kemampuan siswa-siswanya. Guru yang baik akan sealalu berusaha untuk menerapkan suatu metode pembelajaran yang akan membuat siswa-siswanya senang dan bersemangat serta merasa mudah dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Prinsip kesesuaian ini merupakan salah satu prinsip yang menuntut hubungan antara siswa dengan guru untuk dapat lebih saling menghargai dan menghormati. Kedua komponen pembelajaran tersebut memiliki keterkaitan dan saling bekerja sama apabila ingin memperoleh hasil yang memuaskan.
  3. Prinsip memberi kesempatan, guru sebagai perancang pembelajaran harus memikirkan dan berusaha agar apa yang dilakukannya akan memberikan kepuasan bagi anak didiknya. Pembelajaran yang dirancang diharapkan akan menjadi suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi minat dan kebutuhan siswa.
  4. Prinsip pengalaman belajar yang sama menimbulkan hasil yang berbeda, belajar pada dsarnya bersifat individu, jadi tidak mungkin bahwa suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan memberikan hasil belajar yang sama untuk setiap siswa. Hal penting disini adalah bagaimana guru dapat memberikan pengalaman yang sama untuk setiap murid sehingga ada perbedaan hasil belajar diantara siswanya sesuai dengan kecepatan,kesungguhan, dan keunggulannya masing-masing.
  5. Prinsip variasi pengalaman belajar, variasi ini dapat dilakukan dengan cara menyediakan pengalaman yang berbeda untuk setiap kegiatan pembelajaran. Ada 11 jenis pengalaman yang dapat divariasikan, yaitu:

  • Pengalaman langsung
  • Pengalaman melalui benda tiruan
  • Pengalaman melalui dramatisasi
  • Pengalaman melalui demonstrasi
  • Pengalaman melalui karyawisata
  • Pengalaman melalui pameran
  • Pengalaman melalui televise
  • Pengalaman melalui gambar hidup
  • Pengalaman melalui rekaman, radio, dan gambar diam
  • Pengalaman melalui lambang verbal

Indikator pencapaian kompetensi adalah rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Adapun pertimbangan dalam pencapaian kompetensi dasar tersebut,yaitu:

  • Tentukan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif)
  • Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
  • Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencangkup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik 
  • Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencangkup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran
  • Indikator merupakan penjabaran dari kompetensi dasar, rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional, dan rumusan indikator menggambarkan perilaku yang dapat diamati atau didemonstrasikan  

Posting Komentar untuk "Cara Menyusun Alat Evaluasi dan Prinsip Merancang Pengalaman Belajar Siswa"