Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Duduk Aruh: Tradisi Gotong Royong Desa Masintan

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh



Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….

Disini saya akan kembali menuliskan informasi kepada semua orang dimana pun berada tentang suatu tradisi, atau suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat tempat tinggal kami, yaitu Desa Masintan.

Kali ini artikel saya tentang suatu tradisi yang dilakukan oleh para warga ketika ada salah satu warga yang akan melaksanakan pernikahan, yaitu tradisi yang biasa disebut dengan Duduk aruh.

A. Duduk aruh

Istilah kata duduk aruh ini biasa dijumpai dan didengar dari masyarakat yang tinggal di Provinsi Kalimantan Selatan Banjarmasin, lebih khusus di desa kami. Istilah kata tersebut digunakan untuk membantu dalam mempersiapkan hari perkawinan berlangsung. Dan biasanya duduk aruh ini dilakukan satu hari sebelum hari perkawinan tiba, semisal jika hari perkawinan diadakan pada hari minggu, maka hari duduk aruh di adakan pada hari sabtu. Dan begitu seterusnya.

Dan warga yang membantu dihari duduk aruh tersebut adalah warga yang mendaptkan undangan (saruanan) dari yang mengadakan perkawinan anaknya. Semua warga saling tolong-menolong, bantu membantu dalam proses persiapan untuk perkawinan.

Biasanya kegiatan ini dilakukan mulai pagi hari sampai dengan selesai, adapun warga yang membantu kegiatan ini adalah semua kalangan, baik itu bapak-bapak, ibu-ibu, maupun para remaja yang lainnya. Adapun tugas yang dilakukan antara bapak-bapak, ibu-ibu, dan para remaja itu tergolong berbeda.

a. Tugas bapak-bapak

Adapun tugas yang biasa dilakukan oleh bapak-bapak, antara lain:

1. Mengupas kelapa 

Kelapa sangat diperlukan dalam membantu proses pembuatan masakan yang akan disajikan ketika hari perkawinan tiba.

2. Memasak nasi

Bapak-bapaklah yang biasanya bertugas dalam memasak nasi untuk nantinya dimakan ketika selesai duduk aruh, serta untuk disajikan pada hari perkawinan.

3. Memotong bagian ikan dan ayam

Biasanya, jika tuan rumah yang sedang mengadakan perkawinan menginginkan masakan yang terbuat dari bahan berupa ikan dan juga ayam. Maka tuan rumah hanya perlu membeli ikan dan ayam yang akan digunakan. Selanjutnya tinggal bapak-bapak lainnya yang memotong-motong bagian ikan dan ayam tersebut.

b. Tugas ibu-ibu

Adapun tugas ibu-ibu, diantaranya:

1. Memarut kelapa

Kelapa yang telah dikupas olah bapak-bapak tadi kemudian diparut, untuk di ambil santannya sebagai bahan dalam pembuatan sambal masakan.

2. Memasak Sambal

Ibu-ibu juga bertugas dalam pembuatan sambal yang akan digunakan sebagai bahan campuran masakan.

Catatan: Sambal adalah istilah kata dalam bahasa banjar yang berarti bahan utama sebagai penimbul cita rasa dalam masakan. Setiap masakan pasti memerlukan sambal untuk penguat rasa. Dan tentu bukan sambal cabe, saos tomat dan sebagainya. Bukan itu yang dimaksudkan.

3. Membuat gangan

Setelah selesai kegiatan duduk aruh, maka tentunya ditutup dengan kegiatan makan-makan secara bersama. Dan biasanya makanan yang dimakan adalah gangan umbut. Dan tentu yang membuat ini semua adalah para ibu-ibu.

Catatan: Gangan istilah kata ini berasal dari bahasa banjar, yang berarti masakan berkuah. Sedangkan dalam bahasa indonesia biasa disebut sebagai masakan berkuah. Sedangkan umbut itu adalah bagian dalam ujung batang kelapa, enau, maupun sawit yang dapat di olah menjadi masakan. Dan biasanya ujung batang kelapa, enau atau sawit yang masih muda.

Adapun campuran pembuatan gangan umbut seperti, ubi kayu, labu, nangka muda, umbut (bisa kelapa, enau, atau sawit) dan umbut yang sering digunakan adalah umbut kelapa karena rasanya yang nikmat. Dimakan dengan ikan asin serta sambal cabe, weeehhhh pasti nikmat, dan tentunya akan membuat kita nambah terus saat makan.

c. Tugas para pemuda 

Adapun para pemuda memiliki tugas seperti;

1. Memasang spanduk

Pemasangan spanduk ini diadakan sebagai tanda bahwa ada salah satu warga yang sedang mengadakan perkawinan.

2. Memasang tarup

Tarup adalah alat yang digunakan sebagai atap sementara (ketika suatu kegiatan sedang berlangsung), tentu fungsi lainnya adalah agar para tamu undangan yang hadir di acara pernikahan tidak merasa kepanasan ataupun kehujanan.

3. Mengatur peletakan meja dan kursi 

Para pemudalah yang bertugas untuk mengatur dan meletakkan meja serta kursi yang nantinya akan digunakan oleh para tamu undangan untuk menikmati maskan yang telah disajikan.

B. Kesimpulan

Ya, begitulah proses kegiatan duduk aruh yang ada di desa tempat tinggal kami. Rasa kegotong-royongan dan kebersamaan masih terjalin sangat erat dan masih kental dimasyarakat. Kemudian kegiatan ini akan terus berlangsung jika ada salah satu warga lainnya yang akan mengadakan perkawinan. Dan dengan adanya kegiatan ini, maka biaya yang dikeluarkan tidak terlalu banyak, tidak perlu sewa gedung, tidak perlu sewa meja atau kursi makan, dan tidak perlu sewa tarup. Tarup, meja dan kursi makan sudah ada didesa-desa, sehingga bisa saling pinjam-meminjam jika ingin melakukan suatu acara. Dan kegiatan gotong royong ini dirasakan sangat bermanfaat bagi kami sebagai warga, karena dengan adanya kegiatan tersebut rasa persatuan dan kebersamaan antar warga berjalan dengan baik.

Begitulah uraian tentang tradisi yang biasa disebut dengan duduk aruh di desa kami. Bagaimana dengan desa tempat tinggal sahabat-sahabat semua, apakah sama seperti yang kami lakukan juga? 

Posting Komentar untuk "Duduk Aruh: Tradisi Gotong Royong Desa Masintan"