Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita inspirasi Mangkuk Kayu

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh



Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Amiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Amiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Amiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Amiin….

Semoga tidak ada yang pernah merasa bosan untuk terus membaca dan mengikuti update artikel-artikel terbaru didalam blog saya ini, dan mudah-mudahan ada manfaatnya bagi kita semua terutama untuk diri sendiri.

Oh ya, kali ini saya menuliskan kembali cerita tentang seorang anak yang berumur 4 tahun, yang telah memberikan hikmah terhadap kedua orang tuanya terutama ayahnya sendiri dengan Mangkok Kayunya

Bagaimana ceritanya? 

Langsung saja dibaca artikelnya, gratisss……..tanpa dipungut biaya. 

Walaupun ada biaya paling cuma biaya untuk paket data, yang penting ada ilmu didapatkan. OK…….

Mangkok kayu

Seorang lelaki tua tinggal bersama anak laki-lakinya, menantu dan cucunya yang baru berusia 4 tahun. Tangan lelaki tua itu gemataran, matanya kabur dan jalannya pun tertatih-tatih.

Keluarga ini selalu makan bersama di meja, namun tangan orang tua itu selalu gemetaran sehingga membuat apa yang ia pegang menjadi tumpah, dan keadaan ini sangat sulit baginya. Ia tidak bisa berbuat apa, dan ketika ia mengambil segelas air susu tiba-tiba gelas itu terjatuh dan tumpah di meja, hal ini membuat anak dan menantunya merasa jengkel.

“Kita harus berbuat sesuatu terhadap ayah,” kata si anak.

“Aku sudah tidak sabar lagi melihat tumpahan susu, berisiknya kunyahan dan kotornya makanan yang terjatuh kelantai.”

Kemudian suami istri itu menyediakan meja kecil di pojok rumahnya. Di meja ini ayah mereka makan seorang diri. Karena sang ayah juga memecahkan satu atau dua piring di meja, maka makanan di meja kecil ini disajikan dalam mangkuk terbuat dari kayu.

Bila keluarga ini melihat sekilas ke arah lelaki tua itu, terkadang tampak matanya berkaca-kaca selagi ia duduk seorang diri di pojok rumah. Apalagi ketika sang kakek menjatuhkan garpu atau menumpahkan makanan, mereka menegurnya dengan keras. Sang cucu yang berumur 4 tahun diam-diam menyaksikan semua kejadian itu.

Suatu petang, sebelum makan malam, sang ayah menyaksikan anaknya bermain-main dengan potongan-potongan kayu dilantai. Dengan manis ia bertanya, “Lagi bikin apa, Nak?”

Sang anak dengan manja menjawab, “Oh….., aku sedang membuat mangkuk kecil untuk makan papa dan mama bila aku sudah besar nanti.”

Anak umur 4 tahun ini tersenyum manis lalu kembali bekerja dengan mainannya.

Kata-kata si anak ini langsung menampar kedua orang tuanya sehingga mereka tidak bisa berkata-kata lagi. Mereka terdiam dan merenungkan apa yang telah dilihatkan kepada anaknya, air mata mulai mengalir membasahi pipi keduanya. Kini mereka sadar terhadap kesalahan yang telah dilakukan terhadap sang kakek tua dan didepan anaknya. Meskipun mereka tidak berbicara, tapi mereka tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Setelah kejadian itu, sang suami memegang dengan lembut tangan sang ayah lalu membimbingnya kearah meja keluarga. Sejak saat itu, lelaki tua itu makan lagi bersama keluarganya. Dan suami istri itu tidak pernah lagi mempedulikan gelas yang terjatuh, air yang tumpah, makanan yang terjatuh kelantai, dan juga tidak pernah lagi berkata-kata kasar terhadap lelaki tua tersebut.

Butiran hikmah

Dari cerita tersebut kita dapat mengambil hikamah dan juga pelajaran, bahwa:
  1. Ajarkanlah terhadap anak-anak kita dengan perilaku yang baik, perlihatkan kepada mereka tentang tata krama, sopan-santun, akhlak yang mulia terhadap orang lain, apalgi terhadap orang yang lebih tua. Anak itu akan mencontoh perilaku orang tuanya, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang tokoh dunia bahwa “anak itu lahir seperti kertas putih polus yang bersih, tinggal orang tuannya saja lagi yang menjadikan dan membimbingnya. Apakah kertas tersebut ditulis dengan tinta berwarna, hitam, merah, kuning, hijau atau yang laiinya.”
  2. Hormati orang tua kita, jaga dan sayangi mereka sebagimana rasa sayang mereka ketika kita kecil dulu. Apalagi orang tua kita sudah tua renta, jaga ia dan berikanlah perhatian yang lebih, bahagiakanlah ia di masa tuannya, jangan pernah marah apalagi sampai mencampakkannya. Anggap semua itu sebagai ujian dan cobaan terhadap diri kita, sabar dan ikhlas adalah kunci untuk menghadapinya. Mungkin mudah dikatakan tapi sulit untuk dilakukan, percayalah bahwa akan ada balasan pahala yang akan kita dapatkan kelak diakhirat nanti. Itu semua tidak sebanding sedikit pun terhadap jasa-jasa orang tua kita dulu, ia telah melahirkan kita, membesarkan kita, memenuhi apa-apa yang kita inginkan, mereka akan terus berusaha dengan kerja keras, banting tulang, keringat yang bercucuran demi kehidupan kita, demi kebahagiaan kita dan demi senyum kita.
  3. Ayoo…..kita sayangi orang tua kita, peluk dan cium tangan mereka, mintalah keridhaannya, minta maaf dan ampunlah kepada mereka selagi meraka masih ada di dekat kita. Jangan sampai kita menyesal dikemudian hari akibat perbuatan diri sendiri kepada orang tua.  

Posting Komentar untuk "Cerita inspirasi Mangkuk Kayu"