Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cerita inspirasi : Anak Laki dan Pohon Apel

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh


Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:
  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin…
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga mendapatkan pekerjaan. Aamiin…
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
  4. Yang sedang bersekolah, semoga sekolahnya berkah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….
Kembali lagi bersama blog saya yang sederhana ini, dan kali ini saya menuliskan cerita inspirasi anak laki dan pohon apel.

Emmm…..bagaimana ceritanya?

Langsung saja di baca artikelnya sampai habis, dan jangan lupa untuk klik menu mengikuti yang berada disebelah kanan artikel, supaya dapat mengetahui artikel-artikel terbaru saya, jangan lupa juga untuk mengasih beberapa coretan di kolom komentar.

Dengan membaca artikel yang telah saya tulis ini, semoga ada pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Amiin……..

Anak laki dan pohon apel

Dahulu kala ada sebatang pohon apel yang besar. Setiap hari, seorang anak laki-laki kecil mendatangi pohon apel itu dan bermain-main disekelilingnya. Ia juga memanjat pohon apel tersebut hingga sampai puncak, kemudian anak laki-laki itu mengambil buah apel dan memakannya, dan setelah merasa kenyang memakan buah apel anak laki-laki itu pun tertidur dibawah naungan pohon tersebut.

Waktu berjalan, si anak pun tumbuh menjadi lebih besar. Ia tidak lagi bermain-main dibawah pohon apel sebagaimana waktu ia kecil dulu. Suatu hari si anak mendatangi pohon apel dengan raut wajah yang sedih.

“Mari kita bermain.”kata pohon apel.

“Aku sudah bukan anak-anak lagi, aku tidak bermain-main dibawah pohon lagi.” kata si anak. “Aku ingin punya mainan dan aku membutuhkan uang untuk membelinya.”

“Maaf, aku tidak punya uang, tapi kau dapat memetik semua buahku dan menjualnya.” kata pohon apel.

Anak itu pun sangat senang dan segera memetik buah apel yang bergantungan dipohonya, kemudian pergi begitu saja meninggalkan pohon apel dengan perasaan sangat gembira.

Dan seiring berjalannya waktu si anak pun tumbuh makin besar dan menjadi seorang remaja yang sudah berkeluarga.

Suatu hari si anak datang lagi menemui pohon apel dan pohon apel pun senang melihat kedatangan si anak sambil berkata, “mari kita bermain-main kembali.”

“Aku tidak punya waktu untuk bermain-main. Aku harus bekerja dan menghidupi keluargaku. Kami butuh rumah untuk berteduh. Dapatkah kau membantuku?” kata si anak.

“Maaf, aku tidak punya rumah, tapi kau bisa memotong dahan-dahanku untuk membangun rumahmu.”

Dengan perasaan gembira si anak pun memotong semua cabang pohon dan pergi begitu saja meninggalkan si pohon apel. Sang pohon merasa sangat bahagia bisa dapat membantu si anak, meskipun ia harus menahan rasa sakit di tubuhnya.

Namun, setelah semua itu si anak tidak pernah datang lagi untuk menemuinya, pohon apel itu pun merasa sangat kesepian dan juga bersedih.

Di musim panas, si anak kembali datang, dan pohon apel merasa sangat senang melihatnya.

“Kemarilah…..mainlah denganku!” kata si pohon.

“Aku lagi bersedih. Aku semakin tua. Aku sangat ingin berlayar menikmati hari tuaku. Dapatkah kau memberiku perahu?”

“Aku tidak mempunyai perahu tapi aku bisa membantumu, gunakanlah batangku untuk membuat perahu. Maka kau akan dapat berlayar menikmati hari tuamu dengan perasaan bahagia!”

Lalu si anak tanpa berpikir panjang dan mengetahui perasaan si pohon langsung memotong batangnya untuk digunakan dalam membuat perahu. Si anak pun pergi berlayar dan lama tidak pernah kembali lagi. 

Akhirnya, setelah beberapa tahun berlalu si anak datang kembali.

Si anak pun menemui pohon apel

Melihat kedatang si anak pohon apel pun merasa senang sekaligus bersedi 

“Nak, maafkanlah aku, aku tidak mempunyai apa-apa lagi untukmu sekarang ini, buah ku sudah tidak ada lagi, dan begitu juga batangku sudah tidak ada lagi.” kata pohon apel.

“Aku sudah tidak punya gigi lagi untuk menggigit,” kata si anak.

“Aku tidak mempunyai batang lagi untuk dippanjat.” kata pohon apel.

“Aku sudah terlalu tua untuk memanjat,” kata si anak.

“Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa lagi kecuali akar-akarku yang sekarang sedang sekarat,” kata pohon apel dengan sedih.

“Aku sekarang tidak butuh macam-macam, aku hanya ingin tempat untuk beristirahat. Aku merasa sangat lelah setelah melewatkan tahun-tahun itu,” jawab si anak.

“Baiklah kalau demikian. Akar pohon tua adalah tempat yang baik untuk bersandar dan beristirahat. Kemarilah……..dan duduklah bersamaku. Istirahatlah!” kata si pohon.

Si anak lalu duduk bersandar di akar pohon tua hingga matanya terpejam. Dan sang pohon pun tersenyum bahagia, hingga meneteskan air mata memandang si anak.

Butiran hikmah

1. Si anak digambarkan sebagai seorang yang memiliki sifat egois yang hanya ingin mementingkan dirinya sendiri, ia tidak mempedulikan perasaan orang tersebut terhadapnya. Keegoisan adalah sifat yang sangat buruk, karena dengan sifat itu maka bisa membuat diri sendiri celaka. 

Ketika kita tidak pernah mempedulikan orang lain, maka nantinya orang lain pun tidak akan ada yang mau mempedulikan kita. Orang akan acuh terhadap kita, dan tidak pernah menganggap kita ada. Lawanlah sifat egois dengan sifat sosial, artinya kita lebih mengutamakan kepentingan orang banyak daripada kepentingan diri sendiri. Tidak bisa membantu dengan harta bisa membantu dengan tenaga yang dimiliki, dan jika tidak bisa dengan tenaga maka bantulah orang lain dengan akal pikiran.

2. Ketika sesorang telah berbuat baik terhadap kita, maka ingatlah kebaikan orang tersebut dan pikirkanlah untuk membalas kebaikan orang suatu hari nanti. Jangan pernah terpikir oleh kita kebaikan yang telah seseorang berikan dibalas dengan kejahatan atau dengan keburukan. Seperti yang dikatakan pepatah bahwa “Budi luhur itu dibawa sampai mati”, artinya kebaikan itu harus diingat sampai nanti dan jangan bersifat seperti pepatah ini “air susu dibalas dengan air toba”.

3. Pohon apel bisa kita ibaratkan sebagai orang tua kita, waktu kecil kita senang dan bahagia bermain dengan ayah atau ibu kita. Namun setelah dewasa kita tinggalkan mereka. Kita hanya mengunjungi mereka saat dalam keadaan sulit atau ketika memerlukan bantuan. Apa pun yang terjadi pada diri kita, orang tua akan selalu ada untuk kita dan selalu siap dalam memberikan bantuan.

Oleh sebab itu jangan pernah melupakan orang tua kita, kunjungi mereka kemudian bahagiakan lah mereka sebagai bukti kebaktian terhadapnya. Apalagi jika mereka sudah berada di masa-masa tua, sering-seringlah mengunjungi dan menemui mereka dan buatlah mereka tersenyum bahagia. Dan jika mereka sudah meninggal dunia, maka hal terbaik yang harus dilakukan adalah mendo’akannya dan juga berziarah kekubur mereka.

2 komentar untuk "Cerita inspirasi : Anak Laki dan Pohon Apel"

  1. Terimakasih infonya gan sukses terus...
    Mampir keblog saya gan link https://barracudaessence.blogspot.com
    http://bit.ly/2D5Z6OD

    BalasHapus