Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PENGERTIAN AKHLAK SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh

PENGERTIAN AKHLAK SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI

Bagaimana kabar anda hari ini? Semoga selalu sehat-sehat saja, dan saya do’akan kepada siapa pun yang telah membaca artikel ini, supaya:

  1. Yang belum dapat jodoh, semoga segera dapat jodoh. Aamiin….
  2. Yang belum dapat pekerjaan, semoga segera mendapatkan pekerjaan. Aamiin….
  3. Yang sedang bekerja, mudah-mudahan rezkinya makin melimpah. Aamiin….
  4. Yang sedang belajar, semoga mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Aamiin….

WAHYUDIANSYAH.COM – Pengertian Akhlak Secara Etimologi dan Terminologi

A. Pengertian Akhlak Secara Etimologi dan Terminologi

Pengertian akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari khuluqun yang berarti budi pekerti, tingkah laku, atau tabiat. Dan akar katanya adalah khalaqa yang berarti menciptakan, membuat, atau menjadikan dan seakar dengan kata Khaliq yang berarti Pencipta serta makhluq yang berarti diciptakan. Dari persamaan akar kata tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak sang Khaliq (Tuhan) dengan  perilaku makhluq (manusia). Dari sinilah asal perumusan pengertaan akhlak sebagai media yang memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara makhluk dengan khaliq, dan antara makhluk dengan makhluk lainnya.

Pengertian akhlak secara terminologis (istilah) adalah tindakan yang berhubungan dengan

tiga unsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut:

a. Kognitif, yaitu pengetahuan dasar manusia melalui potensi intelektualitasnya.

b. Afektif, yaitu pengembangan potensi akal manusia melalui upaya menganalisis berbagai kejadian sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan.

c. Psikomotorik, yaitu pelaksanaan pemahaman rasioanal kedalam bentuk perbuatan yang konkret.

Berdasarkan pengertian akhlak pada poin diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan bentuk budi pekerti, tingkah laku dan tabiat seorang makhluk yang Bernama manusia. Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT seperti halnya kertas putih yang bersih, namun kertas putih ini akan beragam coretan tergantung dengan Pendidikan yang diberikan oleh keluarganya. Apabila Pendidikan yang diberikan oleh keluarga dan lingkungannya memang bagus, maka manusia tersebut tentunya akan memiliki akhlak yang bagus pula. Tetapi sebaliknya, apabila tidak ada Pendidikan yang diberikan kepada si anak maka akhlaknya pun akan jauh menyimpang dari kebenaran. Dengan adanya akhlak mulia yang dimiliki oleh manusia maka akan muncul pengetahuan baru yang dapat membantunya dalam menjalin hubungan, baik itu kepada Sang Pencipta (hablum minallah) dan hubungan kepada manusia (hablum minannas). Dalam dunia Pendidikan akhlak lebih mengacu kepada 3 hal poin penting, yaitu Untuk memperbaiki dan meningkatkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik manusia. Ketiga hal tersebut menjadi bagian dari karakteristik manusia dalam bidang Pendidikan dan juga terhubungng dengan akhlak seorang manusia, misalnya untuk proses berfikir maka ranahnya kognitif, untuk proses perbuatan yang dilakukan maka ranahnya psikomotorik dan yang berhubungan dengan watak perilaku (sikap, emosi, perasaan, nilai) seseorang maka ranahnya afektif. Oleh sebab itu, setiap Pendidikan yang diselenggarakan diberbagai jenjang selalu mengacu kepada tiga ranah tersebut, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. 

B. Pengertian Tasawuf Secara Etimologi dan Terminologi

Tasawuf berasal dari kata shafa'. Kata shafa' ini berbentuk fi'il mabni majhul sehingga menjadi isim mulhaq dengan huruf ya' nisbah, yang berarti nama bagi orang-orang yang "bersih" atau "suci". Maksudnya adalah orang-orang menyucikan dirinya di hadapan Tuhannya. Pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung kepada sudut pandang yang digunakannya masing-masing. Selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, dan manusia sebagai makhluk yang ber-Tuhan.

Dengan demikian dapat saya simpulkan bahwa tasawuf adalah cara atau jalan yang dilalui oleh seseorang agar dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta. Tentu cara untuk mendekatkan diri ini harus dibekali dengan pengetahuan yang dimiliki, dan dengan pengetahuan tersebut maka dapat menciptakan akhlak mulia yang tujuannya adalah untuk mengenal dan dekat kepada sang pencipta. Dilihat dari segi sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, maka tasawuf ini berfungsi sebagai cara untuk menjauhkan diri dari pengaruh kehidupan dunia dan lebih fokus untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Adapun dari segi manusia sebagai makhluk yang berjuang, maka tasawuf menjadi suatu upaya untuk memperindah diri atau menghiasi diri dengan akhlak mulia yang bersumber dari Al-Qur’an dan dicontohkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun manusia sebagai makhluk yang bertuhan, maka tasawuf dapat mengarahkan manusia kepada perbuatan-perbuatan yang menghubungkannya kepada sang pencipta. Beragam cara untuk dapat mendekatkan diri kepada sang pencipta, mulai dari meningkatkan ibadah, menambah amalan-amalan zikir, menjalin perbuatan baik kepada semua makhluk ciptaan manusia, taat kepada pemimpin yang amanah dan sebagainya.

Pendapat dari beberapa tokoh yang menerangkan asal-usul ajaran tasawuf, antara lain:

a. Menurut Abu Hasyim al-Kuti (w. 250 H.) aliran pertama yang muncul bukannlah tasawuf, melainkan aliran yang zuhud. Aliran zuhud ini muncul pada akhir abad ke I dan permulaan abad ke II Hijriyah, barulah setelah itu muncul aliran tasawuf pada pertengahan abad ke III Hijriyah. Oleh sebab itu, Abu Hasyim al-Kuti meletakkan al-sufi dibelakang namanya.

b. Menurut Dzun-Nun-al-Mishri (w. 245 H.) tasawuf merupakan konsep lain mengenai spritual menuju Tuhan al-Maqamat yang secara pararel berjalan bersama teori yang bersifat psikognostik sejak diterimanya dengan luas doktrin al-maqamat dan al-hal, dan perkembangan tasawuf ini telah sampai pada kejelasan tentang perbedaan dengan kesalehan asketik, baik itu dalam hal tujuan maupun ajarannya. 

c. Menurut Abu Yazid AI-Busthami (w. 260 H.) dengan doktrin al ittihad melalui al-Jana, tasawuf yakni beralihnya sifat kemanusiaan seseorang ke dalam sifat ke ilahian sehingga terjadi penyatuan manusia dengan Tuhan.

Adapun urutan para ulama dalam bidang tasawuf ini dimulai pada abad ke-tiga dan ke-empat Bernama Junaid al-Baghdadi dan Asy-Syibli. Sebelum mereka kita temukan pula Zun al-Nun al-Misri dan Abu Yazid al-Busthami. Sebelumnya lagi kita temukan Hasan al-Basri, Sufyan Ats-Tsauri, Malik ibn Dinar, Ibrahim ibn Adam, Fudail ibn Iyad, Syaqiq al-Balkhi dan Hatim al-Asham. Kita mengenal sejarah mereka dan pemikiran masyarakat untuk kembali kepada Allah. Pada abad ke-lima kita jumpa al-Ghazali dan Abdul al-Qadir al-Jailani.  Pada abad  ke-enam kita temukan para  sufi seperti Ahmad  Rifai  dan  Abu Madyan. Pada abad ke-tujuh kita temukan para tokoh sufi, seperti Abul Hasan Asy-Syadzili, Ibnu Daqiq al-Id, Majid al-Din al-Qusyairi. 

AKHIR KATA

Mungkin itu saja yang dapat mimin bagikan Pengertian Akhlak Secara Etimologi dan Terminologi. Yang mana akhlak merupakan bentuk budi pekerti, tingkah laku dan tabiat seorang makhluk yang Bernama manusia. Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT seperti halnya kertas putih yang bersih, namun kertas putih ini akan beragam coretan tergantung dengan Pendidikan yang diberikan oleh keluarganya. Apabila Pendidikan yang diberikan oleh keluarga dan lingkungannya memang bagus, maka manusia tersebut tentunya akan memiliki akhlak yang bagus pula. Tetapi sebaliknya, apabila tidak ada Pendidikan yang diberikan kepada si anak maka akhlaknya pun akan jauh menyimpang dari kebenaran. 

Terakhir semoga artikel sederhana ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian dimanapun berada dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam penulisan atau ada kalimat yang sulit untuk dipahami, agar sekiranya dapat memakluminya.

Posting Komentar untuk "PENGERTIAN AKHLAK SECARA ETIMOLOGI DAN TERMINOLOGI"